Foto : La Ode Syafrin (Bakal Calon Ketua Umum HMI Cabang Baubau Periode 2018-2019 M) |
La Ode
Syafrin (Kabid PPPA HMI Komisariat FKIP Unidayan Baubau Periode 2016-2017 dan
kini menjabat sebagai Ketua Bidang Pembinaan Anggota HMI Cabang Baubau).
Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) lahir pada 05 Februari 1947 M. Lahir dua tahun setelah
bangsa ini di proklamasikan oleh Bung Karno membuat HMI harus terlibat dalam
berbagai tantangan dan dinamika bangsa. Agusalim Sitompul (2002) pernah
mengungkapkan bahwa pada awal-awal didirikannya, HMI mendapat ujian yang cukup
besar dari berbagai elemen yang kala itu menganggap HMI sebagai ancaman. Namun,
Alhamdulillah sampai dengan usianya yang genap 72 tahun ini HMI tak juga
dibubarkan bahkan berkembang subur dan membuka cabang dihampir seluruh pelosok
Indonesia termasuk di Kota Baubau.
HMI
Cabang Baubau terbentuk sekitar tahun 1996. Sampai saat ini kami belum
menemukan tanggal dan tahun yang pasti tentang terbentuknya cabang ini karena perbedaan
cerita dari beberapa alumni yang kami jumpai. Namun, terlepas dari kapan dan
siapa yang berinisiatif membuka HMI di Baubau saya sedikit prihatin dengan kondisi
kader dilingkup cabang Baubau saat ini. Mulai dari kurangnya budaya membaca
yang dimiliki oleh kader hingga tidak pekanya kader terhadap berbagai fenomena
sosial yang terjadi disekitar mereka. Padahal jika dipahami, begitu besarnya
tanggung menjadi seorang kader HMI demi mewujudkan masyarakat adil makmur yang
diridhoi Allah SWT.
Jika kita
urai dari awal letak benang merahnya, pola pengkaderan adalah hal yang paling
utama untuk dirubah serta menjadi perhatian serius agar hal-hal diatas tidak
terjadi. Penyelenggara Bastra dikampus-kampus saat ini terkadang menjadi sales
pengedar formulir karena minimnya keinginan mahasiswa untuk berkader. Terkadang
kondisi ini dianggap sebagai hal yang umum bagi sebagian organisasi. Padahal
sebenarnya, kita hanya kurang kreatif dalam menentukan pola rekrutmen agar
menimbulkan daya tarik mahasiswa dan memutuskan untuk bergabung dalam HMI.
Selain itu, penyebab fenomena ini adalah tidak seringnya kader-kader HMI
ataupun komisariat HMI secara kelembagaan terlibat dalam berbagai kegiatan
internal kampus serta membuat kegiatan kreatif dilingkup kampus yang langsung
bersentuhan dengan mahasiswa non HMI. Kendala berikutnya adalah banyaknya
senior yang menjadi patron di HMI. Saat adik-adik kita selesai mengikuti
bastra, komisariat penyelenggara tidak begitu aktif dan rutin melakukan
kajian-kajian hingga berimbas pada kemandirian kader-kader untuk mengunjungi
senior. Hal ini memang baik, namun terkadang menimbulkan imbas yang negatif dalam
diri kader. Penyebab utama terbentuknya kubu-kubuan diinternal HMI adalah imbas
dari persoalan ini. Padahal seharusnya antara kader dan senior ataupun antar sesame
kader tidak boleh terbentuk sekte atau gerbong karena pada dasarnya di HMI kita
berteman lebih dari saudara.
Berdasarkan
ulasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa perlu adanya rekonstruksi
pengkaderan ditubuh HMI Cabang Baubau untuk mengembalikan tradisi intelektual
HMI sebagaimana yang pernah diungkapkan Anas Urbaningrum (2009) guna memacu
kualitas kader dalam mencapai tujuan HMI. Selain itu, rekonstrukri pengkaderan
juga perlu kita lakukan agar meningkatkan kualitas kader secara person guna menarik
minat mahasiswa non HMI. HMI harus back to kampus dan mewarnai seluruh
perguruan tinggi di Kota Baubau dengan hijau hitamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar