Minggu, 26 Februari 2017

RAK HMI Komisariat FKIP Unidayan Resmi Digelar


Foto bersama Ketua Umum HMI Cabang Baubau bersama Pengurus Komisariat FKIP Unidayan
Rapat anggota komisariat (RAK) Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat FKIP Unidayan Baubau kemarin (26) resmi digelar. Rapat yang bertujuan untuk meminta laporan pertanggungjawaban pengurus demisioner sekaligus memilih kembali formature dan mide formature itu dilaksanakan di aula sekretariat sementara komisariat FKIP Unidayan Baubau (Lr. Perintis). Kegiatan ini selan dihadiri oleh Ketua Umum HMI Cabang Baubau juga turut dihadiri oleh sejumlah pengurus cabang lain yang merupakan bagian dari anggota komisariat FKIP Unidayan antara lain Kabid PA, Kabid PAO, Kabid KPP, Kabid PU, Wabendum Cabang dan Sekretaris umum Korps HMI-Wati.
Dalam sambutannya, Arfan Balla yang saat ini menjabat sebagai pelaksana ketua umum komisariat mengungkapkan bahwa kegiatan ini mestinya dilaksanakan sejak april 2016 lalu. Tapi karena saat ini cabang sedang dalam kondisi konflik internal, makanya baru dilaksanakan pada februari ini.
Ditempat yang sama, ketua umum HMI cabang Baubau juga memberikan sambutan pada pembukaan kegiatan rapat. Ia mengatakan bahwa RAK harus tetap dilaksanakan apapun yang terjadi agar regenarasi kepengurusan dalam lembaga tetap berjalan secara berkesinambungan dan tidak ada generasi komisariat yang terpotong akibat dari keterlambatan pengurus melakukan RAK. Selain itu, FKIP Unidayan adalah komisariat pertama yang melakukan RAK diperiode kepengurusan cabang saat ini lanjutnya. Ia juga berharap bahwa FKIP Unidayan yang juga merupakan komisarianya akan menjadi komisariat percontohan dilingkup cabang Baubau kedepan tutup Ketua Umum HMI Cabang Baubau sambil memukul palu sebanya tiga ketukan pertanda RAK telah dibuka dengan resmi. (Syamril)  








Rabu, 08 Februari 2017

Refleksi Hari Pers Nasional


Monumen Pers Indonesia di Solo
Peringatan hari Pers Nasional yang diperingati tiap 09 Februari merupakan sebuah refleksi tentang lahirnya Pers didunia dan di tanah air kita.Tentang awal mula dimulainya dunia persuratkabaran di tanah air kita ini, Dr. De Haan dalam bukunya, “Oud Batavia” (G. Kolf Batavia 1923), mengungkap secara sekilas bahwa sejak abad 17 di Batavia sudah terbit sejumlah berkala dan surat kabar. Dikatakannya, bahwa pada tahun 1676 di Batavia telah terbit sebuah berkala bernama Kort Bericht Eropa (berita singkat dari Eropa). Berkala yang memuat berbagai berita dari Polandia, Prancis, Jerman, Belanda, Spanyol, Inggris, dan Denmark ini, dicetak di Batavia oleh Abraham Van den Eede tahun 1676. Setelah itu terbit pula Bataviase Nouvelles pada bulan Oktober 1744, Vendu Nieuws pada tanggal 23 Mei 1780, sedangkan Bataviasche Koloniale Courant tercatat sebagai surat kabar pertama yang terbit di Batavia tahun 1810.

Sejak abad 17 dunia pers di Eropa memang sudah mulai dirintis. Sekalipun masih sangat sederhana, baik penampilan maupun mutu pemberitaannya, surat kabar dan majalah sudah merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat di masa itu. Bahkan, para pengusaha di masa itu telah meramalkan bahwa dunia pers di masa mendatang merupakan lahan bisnis yang menjanjikan. Oleh karena itu, tidak heran apabila para pengusaha persuratkabaran serta para kuli tinta asal Belanda sejak masa awal pemerintahan VOC, sudah berani membuka usaha dalam bidang penerbitan berkala dan surat kabar di Batavia. Kendati demikian, tujuan mereka bukan cuma sekadar untuk memperoleh keuntungan uang. Namun, mereka telah menyadari bahwa media masa di samping sebagai alat penyampai berita kepada para pembacanya dan menambah pengetahuan, juga punya peran penting dalam menyuarakan isi hati pemerintah, kelompok tertentu, dan rakyat pada umumnya. Apalagi, orang Belanda yang selalu mengutamakan betapa pentingnya arti dokumentasi, segala hal ihwal dan kabar berita yang terjadi di negeri leluhurnya maupun di negeri jajahannya, selalu disimpan untuk berbagai keperluan. Dengan kata lain media masa di masa itu telah dipandang sebagai alat pencatat atau pendokumentasian segala peristiwa yang terjadi di negeri kita yang amat perlu diketahui oleh pemerintah pusat di Nederland maupun di Nederlandsch Indie serta orang-orang Belanda pada umumnya. Dan apabila kita membuka kembali arsip majalah dan persuratkabaran yang terbit di Indonesia antara awal abad 20 sampai masuknya Tentara Jepang, bisa kita diketahui bahwa betapa cermatnya orang Belanda dalam pendokumentasian ini.

Dalam majalah Indie, Nedelandch Indie Oud en Nieuw, Kromo Blanda, Djawa, berbagai Verslagen (Laporan) dan masih banyak lagi, telah memuat aneka berita dari mulai politik, ekonomi, sosial, sejarah, kebudayaan, seni tradisional (musik, seni rupa, sastra, bangunan, percandian, dan lain-lain) serta seribu satu macam peristiwa penting lainnya yang terjadi di negeri kita. Sampai akhir abad ke-19, koran atau berkala yang terbit di Batavia hanya memakai bahasa Belanda. Dan para pembacanya tentu saja masyarakat yang mengerti bahasa tersebut. Karena surat kabar di masa itu diatur oleh pihak Binnenland Bestuur (penguasa dalam negeri), kabar beritanya boleh dikata kurang seru dan “kering”. Yang diberitakan cuma hal-hal yang biasa dan ringan, dari aktivitas pemerintah yang monoton, kehidupan para raja, dan sultan di Jawa, sampai berita ekonomi dan kriminal. Namun memasuki abad 20, tepatnya di tahun 1903, koran mulai menghangat. Masalahnya soal politik dan perbedaan paham antara pemerintah dan masyarakat mulai diberitakan. Parada Harahap, tokoh pers terkemuka, dalam bukunya “Kedudukan Pers Dalam Masjarakat” (1951) menulis, bahwa zaman menghangatnya koran ini, akibat dari adanya dicentralisatie wetgeving (aturan yang dipusatkan). Akibatnya beberapa kota besar di kawasan Hindia Belanda menjadi kota yang berpemerintahan otonom sehingga ada para petinggi pemerintah, yang dijamin oleh hak onschenbaarheid (tidak bisa dituntut), berani mengkritik dan mengoreksi kebijakan atasannya. Kritik semacam itu biasanya dilontarkan pada sidang-sidang umum yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat atau daerah. Kritik dan koreksi ini kemudian dimuat di berbagai surat kabar dalam ruangan Verslaag (Laporan) agar diketahui masyarakat. Berita-berita Verslaag ini tentu saja menjadi “santapan empuk” bagi para wartawan. Berita itu kemudian telah mereka bumbui dan didramatisasi sedemikian rupa sehingga jadilah suatu berita sensasi yang menggegerkan. Namun, cara membumbui berita Verslaag semacam ini, lama-kelamaan menjadi hal biasa. Bahkan, cara-cara demikian akhirnya disukai oleh para pengelolanya karena bisa mendatangkan keuntungan dan berita sensasi memang disukai pembacanya. Para petinggi pemerintah yang kena kritik juga tidak merasa jatuh martabatnya. Bahkan, ada yang mengubah sikapnya dan membuat kebijaksanaan baru yang menguntungkan penduduk. Keberanian menyatakan saran dan kritik ini akhirnya menular ke masyarakat. Tidak sedikit koran yang menyajikan ruangan surat pembaca yang menampung “curhat” tentang berbagai hal dari para pembacanya. Bahkan, setelah dibentuknya Volksraad (DPR buatan Belanda) pada tahun 1916, kritik yang menyerempet soal politik mulai marak.

Dunia pers semakin menghangat ketika terbitnya “Medan Prijaji” pada tahun 1903, sebuah surat kabar pertama yang dikelola kaum pribumi. Munculnya surat kabar ini bisa dikatakan merupakan masa permulaan bangsa kita terjun dalam dunia pers yang berbau politik. Pemerintah Belanda menyebutnya Inheemsche Pers (Pers Bumiputra). Pemimpin redaksinya yakni R. M. Tirtoadisuryo yang dijuluki Nestor Jurnalistik ini menyadari bahwa surat kabar adalah alat penting untuk menyuarakan aspirasi masyarakat. Dia boleh dikata merupakan bangsa kita yang memelopori kebebasan Pers kaum pribumi. Sikapnya ini telah memengaruhi surat kabar bangsa pribumi yang terbit sesudah itu. Hal ini terbukti dari keberanian dia menulis kalimat yang tertera di bawah judul koran tersebut, Orgaan bagi bangsa jang terperintah di Hindia Olanda tempat membuka suaranja. Kata terperintah di atas konon telah membuka mata masyarakat, bahwa bangsa pribumi adalah bangsa yang dijajah. Boleh jadi Tuan Tirto terinspirasi oleh kebebasan berbicara para pembesar pemerintah tersebut di atas. Rupanya dia berpendapat, bahwa yang bebas buka suara bukan beliau-beliau saja, namun juga rakyat jelata alias kaum pribumi. Hadirnya Medan Prujaji telah disambut hangat oleh bangsa kita, terutama kaum pergerakan yang mendambakan kebebasan mengeluarkan pendapat. Buktinya tidak lama kemudian Tjokroaminoto dari “Sarikat Islam” telah menerbitkan harian Oetoesan Hindia. Nama Samaun (golongan kiri) muncul dengan korannya yang namanya cukup revolusioner yakni Api, Halilintar dan Nyala. Suwardi Suryaningrat alias Ki Hajar Dewantara juga telah mengeluarkan koran dengan nama yang tidak kalah galaknya, yakni Guntur Bergerak dan Hindia Bergerak. Sementara itu di Padangsidempuan, Parada Harahap membuat harian Benih Merdeka dan Sinar Merdeka pada tahun 1918 dan 1922. Dan, Bung Karno pun tidak ketinggalan pula telah memimpin harian Suara Rakyat Indonesia dan Sinar Merdeka di tahun 1926. Tercatat pula nama harian Sinar Hindia yang kemudian diganti menjadi Sinar Indonesia.

Saat ini, sudah ribuan harian baik dalam bentuk cetak maupun elektronik (online) yang muncul di Indonesia trkhusus disekitar kita (Prov. Sulawesi Tenggara). Banyaknya media ini mestinya berbanding dengan banyaknya informasi obyektif yang kita inginkan. Tapi saat ini, terkadang kenyataannya lain. Media-media saat ini terkadang memberitakan sesuatu hanya pada hal-hal yang mereka anggap tidak merugikan satu atau beberapa pihak termasuk medianya sendiri. Padahal mestinya, pemberitaan yang dilakukan haruslah benar-benar obyektif tanpa melibatkan kepentingan didalamnya. Inilah salah satu faktor yang membuat kita terkadang menjadi dari akan berita-berita yang termuat dalam media. Sekalipun memang benar bahwa berita yang dimunculkan adalah terkadanag hanya bersumber dari satu sudut pandang yang dapat membuat pembaca atau konsumen tertarik dengan beritanya tapi minimal tidak apa yang diberitakan haruslah benar-benar tidak melibatkan kepentingan (obyektif). Harapan kita bersama, semoga dimomentum peringatan hari Pers Nasional ini, bisa dijadikan sebagai refleksi dan renungan tentang beratnya perjuangan Pers kita saat awal-awal dilahirkan serta saat media masih menjadi milik orang-orang yang punya kepentingan.     

Selasa, 07 Februari 2017

Rapat Kerja Cabang Akan Digelar


WARTA HMI-     Pengurus Himpinan Mahasiswa Islam Cabang Baubau yang baru beberapa minggu lalu disahkan oleh Pengurus Besar HMI melalui Hari Azwar (Kabid PAO) kini mulai menjalankan kembali roda organisasi yang sempat fakum. Kepengurusan dibawah kepemimpinan Ardin (Ketua Umum) saat ini sedang mempersiapkan pelaksanaan rapat kerja sebagai langkah awal membenahi lembaga.

Foto : Ardin (Ketua Umum HMI)
Secara konstitusional, rapat kerja adalah agenda penting yang mesti dilakukan oleh pengurus HMI pasca pelantikan ungkap Ardi saat dikonfirmasi oleh warta HMI. Rapat kerja ini dilakukan untuk membicarakan apa saja yang mesti kita lakukan pada periode ini. Namun sebelum ini dilaksanakan, saya terlebih dahulu menyerahkan wewenang kepada masing-masing Ketua Bidang untuk melakukan rapat internal bidang guna membahas program apa yang akan diusulkan pada rapat kerja nanti lanjutnya. Diawal kepengurusan ini, kami akan fokus melakukan pembenahan internal HMI tentunya terkhusus akan meninjau kembali kepengurusan-kepengurusan komisariat yang saat ini rata-rata sudah lewat masa jabatan kepengurusannya. Karena sekuat apapun kita diluar sana, tidak aka nada nilainya jika kita rapuh diinternal apalagi belakangan ini kita ada sebagian rekan-rekan yang belum legowo untuk bisa menerima hasil putusan PB HMI tentang struktur kepengurusan HMI Cabang Baubau. Tapi saya tetap optimis dan tidak akan berhenti untuk merangkul teman-teman. Harapan saya, melalui kepengurusan ini kita bisa kembali solid dan membuang jauh-jauh ego kita. Meskipun usianya sudah 70 tahun, tapi HMI saat ini masih butuh sentuhan kita agar regenerasi pengkaderan tetap jalan ditubuh HMI sebagai mana fungsi HMI sebagai lembaga kaderisasi tutup ketua umum HMI Cabang Baubau yang akrab disapa Ardin Wabula sambal tersenyum. (Syamril/ Wasekum Bidang Kesekretariatan)   

Sabtu, 04 Februari 2017

HMI Siap Mengawal Kepton



Suasana Dialog Publik
Info HMI Cabang Baubau- Perayaan hari jadi Himpunan Mahasiswa Islam Ke- 70 dengan tema Persembahan 70 Tahun HMI untuk Rakyat Indonesia juga disambut hangat oleh kader-kader yang ada dilingkup Cabang Baubau. Sembari menunggu tibanya Pukul 00.00 WITA atau tepat tanggal 05 Februari, para kader HMI cabang Baubau mengemas peyaan Milad Ke-70 ini dalam bentuk SilaturaHMI Kader dan Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Se-Kepulauan Buton serta Dialog Publik dengan tema “Rekonsiliasi Himpunan Mahasiswa Islam; Ikhtiar Mengawal Percepatan Provinsi Kepulauan Buton”.

Kegiatan yang dilaksanakan kemarin (04 Februari) digedung aula Kantor Palagimata Walikota Baubau ini dibuka langsung oleh Walikota Baubau selaku Dewan Pembina Korp Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Kota Baubau serta dihadiri oleh beberapa alumni diantaranya Ahmad Arfah (Ketua Presidium KAHMI Baubau), H. Masri (Presidium KAHMI Baubau), Dr. Ilah Ladamay (Pj. Bupati Buton Selatan) dan Toni Atmajaya (Perwakilan FORKOT Baubau) yang sekaligus menjadi panelis. La Ode Asmin selaku demisioner Ketua Umum HMI Cabang Baubau juga turut hadir dalam pelaksanaan milad ini.  

Menurut amatan Bidang Kesekretariatan HMI Cabang Baubau, meskipun pelaksanaannya agak molor namun Dialog Publik yang dipandu oleh Rifqy La Aha (Demisioner Pengurus HMI Cabang Baubau) berlangsung dengan kondusif sampai usai serta menghasilkan beberapa rekomendasi yang akan dimasukan dalam Program Kerja Pengurus HMi Cabang Baubau.

Arfan Balla selaku ketua panitia menjelaskan bahwa molornya kegiatan ini disebabkan oleh cuaca yang tidak bersahabat. Hujan sejak sore sampai dengan sekitaran jam 20.00 WITA itu yang menyebabkan molornya kegiatan dan kurangnya peserta pada kegiatan ini ungkapnya. Namum ini tidak menyurutkan semangat kita untuk melaksanakan milad HMI yang Ke-70. Saya sebenarnya sempat pesimis melihat hujan yang tak reda-reda padahal sudah jam 8 malam, tapi mungkin inilah yang disebut dengan Law Of Atraction (LOA) ungkap Arfan Bala yang saat ini juga menjabat sebagai Pelaksana Ketua HMI Komisariat FKIP Unidayan sambil tertawa. Saya berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh panelis dan para kanda/ yunda yang sudah berkenan hadir maupun yang membantu kegiatan meskipun tidak sempat hadir. Terkhusus pada Ketua Umum HMI Cabang Baubau beserta para pengurusnya dan rekan-rekan panitia yang sudah menyukseskan kegiatan ini.

Gambar Kue Milad HMI
Ardin selaku Ketua Umum HMI Cabang Baubau sangat menginginkan dialog-dialog terkait percepatan Provinsi Kepulauan Buton intens dilakukan oleh rekan-rekan mahasiswa khususnya HMI. Menurutnya, Provinsi Kepulauan Buton ini mestinya tidak hanya menjadi kepentingan beberapa kelompok dan elit politik. Tapi ini adalah tanggungjawab seluruh masyarakat jazirah Kepulauan Buton. Meskipun saat ini sudah ada yang namanya Sekretariat Bersama (SEKBER) yang diberi kepercayaan untuk mengawal Kepulauan Buton, tapi kita juga perlu mengambil peran untuk membantu Sekber dalam mengawal percepatan Kepton. Apalagi di HMI Cabang Baubau ini kita memiliki kader-kader dan alumni yang tersebar dijazirah Kepton. Tugas kita saat ini adalah mengkonsolidasikan seluruh kader dan alumni agar bersama-sama mengawal Kepton lanjutnya. Salah satu dari output dialog ini, kami juga akan membentuk Tim diinternal HMI . Tapi sebelum ini dilakukan, harapan besar saya adalah ditubuh HMI tak boleh ada lagi yang namanya faksi atau gerbong. Kita harus lakukan rekonsiliasi internal agar mensolidkan HMI tutup Ardin (Ketua HMI Cabang Baubau).

            Acara perayaan milad HMI ini ditutup dengan peniupan lilin dan pemotongan kue bergambar logo HMI (gambar). (Syamril/ Wasekum Bidang Kesekretariatan)

      

Rabu, 01 Februari 2017

Waktu Mepet Bukan Masalah


Arfan Balla (Ketua Panitia Milad HMI)
Pelaksanaan Milad Himpunan Mahasiswa Isam (HMI) yang tinggal sebentar lagi, juga disambut oleh kader-kader HMI di Kota Baubau. Pengurus HMI Cabang Baubau Periode 2017-2018 mengaku sudah menyiapkan beberapa agenda untuk perayaan Milad tersebut.

Saat dikonfirmasi, Ardin atau yang akrab disapa Ardin Wabula selaku Ketua Umum HMI Cabang Baubau mengatakan bahwa panitia pelaksanaan Milad HMI sudah kami bentuk. Meskipun dengan waktu yang sangat mepet tapi saya sangat tidak ragu dengan kualitas kerja teman-teman panitia yang juga akan dibantu oleh teman-teman pengurus HMI Cabang Baubau dalam mempersiapkan teknis kegiatan. Tinggal saya juga menghimbau kepada seluruh kader HMI lingkup Cabang Baubau agar kiranya menyempatkan diri untuk berpartisipasi dalam perayaan Milad ini serta bagi para alumni untuk meluangkan waktu dan menyempatkan diri agar bersilatirahim dengan adik-adik kader HMI.

Arfan Bala selaku ketua panitia membenarkan soal waktu yang mepet. Menurutnya waktu bukanlah sebuah halangan jika kita benar-benar memiliki niat yang baik. Insahaa Allah akan ada jalan jika kita mau berusaha ungkapnya. Saat ini, teman-teman panitia sudah mulai bekerja untuk mempersiapkan teknis kegiatan. Kami beberapa hari ini sudah bertemu dengan beberapa senior untuk membicarakan persiapan teknis kegiatan. Tinggal mungkin kami butuh bantuan dan kepekaan yang lebih dari para alumni untuk membantu khususnya pada masalah pendanaan dalam kegiatan ini lanjut Arfan yang saat ini juga menjabat sebagai Pelaksana Ketua Umum HMI Komisariat FKIP Unidayan Baubau.